Bisnis.com, CIREBON- Petani tebu di Kabupaten Cirebon menyambut rencana Kementerian Pertanian yang akan mengeluarkan regulasi baru terkait kenaikan batas maksimum pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk petani tebu menjadi Rp500 juta.
Salah satu petani tebu di Kecamatan Babakan, Warto (47), mengaku antusias menyambut rencana tersebut.
Menurutnya, plafon KUR yang selama ini maksimal Rp100 juta masih belum cukup untuk membiayai keseluruhan proses budidaya tebu, mulai dari pembukaan lahan, pengolahan tanah, pembelian bibit, hingga pemupukan.
"Kalau betul bisa pinjam sampai Rp500 juta, itu akan sangat membantu. Kita bisa garap lahan lebih luas dan gunakan alat pertanian yang lebih modern," ujar Warto, Rabu (9/7/2025).
Ia menyebut, saat ini dirinya hanya mampu mengelola lahan sekitar 1,5 hektare karena keterbatasan modal. Dengan pembiayaan yang lebih besar, ia berharap bisa mengelola lahan hingga 3 hektare dalam satu musim tanam.
Sebelumnya, Kementan menyebut kebijakan pembiayaan petani tebu melalui program kredit usaha rakyat (KUR) membuka ruang baru bagi para petani, terutama petani tebu plasma di Indonesia.
Baca Juga
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan kebijakan skema KUR terbaru ini memberikan kemudahan yang signifikan bagi petani.
Produksi tebu di Kabupaten Cirebon mengalami kenaikan signifikan sejak 2024 di tengah lonjakan harga gula pasir di pasar nasional. Data terbaru menunjukkan produksi tebu pada tahun ini mencapai 21.305,68 ton, naik 29,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 16.421,92 ton.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), peningkatan ini juga diiringi dengan bertambahnya luas areal perkebunan tebu dari 3.450,45 hektare pada 2023 menjadi 4.571,55 hektare pada 2024.
Kenaikan produksi ini menjadi kabar baik bagi para petani tebu, terutama di tengah naiknya harga gula pasir yang saat ini berada di atas Rp17.000 per kilogram di beberapa daerah.
Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Durahman mengatakan, selain faktor harga, beroperasinya kembali Pabrik Gula (PG) Sindanglaut setelah sempat tutup sejak 2020 juga berkontribusi pada peningkatan produksi tebu.
Pengoperasian kembali pabrik ini memberikan kepastian bagi petani mengenai tempat penggilingan tebu mereka, sehingga mendorong mereka untuk kembali menanam tebu.
"Petani banyak yang beralih ke tebu karena melihat prospek yang lebih menguntungkan. Tahun lalu, harga gula relatif stabil, tetapi tahun ini naik cukup signifikan, membuat tebu menjadi komoditas yang lebih menarik dibandingkan padi atau jagung," kata Durahman.
Selain ekspansi lahan, faktor cuaca yang lebih bersahabat juga berperan dalam peningkatan produksi. Curah hujan yang cukup dan distribusi air yang lebih baik tahun ini mendukung pertumbuhan tebu lebih optimal dibandingkan musim sebelumnya yang sempat terdampak kemarau panjang.
"Musim hujan tahun ini cukup baik, tidak terlalu ekstrem seperti tahun-tahun sebelumnya. Ini membantu dalam masa pertumbuhan tebu, terutama saat pembentukan gula di batang," katanya.